Kabarmedianews. Com- Inhil -Semasa Bupati Indragiri Hilir 2 Periode, HM Wardan menjabat pembangunan jalan utama yang ada di kota Tembilahan bisa teratasi.
Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan pembangunan yang dulu sering dikritik oleh warga karena tidak ubahnya seperti jalan menuju ke kebun karena ditanami pohon pisang dan kelapa, bahkan ada yang meletakkan dekorasi jamban di tengah jalan.
Selain itu muncul juga gambar meme di media sosial mengedit jalan kota Tembilahan sebagai penangkaran hewan buas yakni buaya sebagai bentuk kritik ke pemerintah daerah.
HM Wardan yang pada waktu itu di ujung periode pertamanya bersama Wakil Bupati H Rosman Malomo belum bisa berbuat banyak terkait jalan.
Tercatat jalan Baharudin Yusuf parit 11 Tembilahan Kota menuju parit 13 ujung Jl. M Boya yang diselesaikan dengan menggunakan pembangunan rigid beton.
Mungkin ini adalah percobaan untuk di Inhil yang memiliki struktur tanah rawa. Tampaknya pembangunan ini menjadi solusi buat mengatasi kerusakan jalan di kota yang setiap tahun harus dianggarkan.
Terbukti sejak dibangun, jalan tersebut tidak lagi dikeluhkan warga, dan sampai sekarang terus dinikmati masyarakat.
Tapi sayangnya jalan tersebut hanya beberapa meter saja yang bagus pada waktu itu, sedangkan kota Tembilahan memiliki ruas jalan yang panjang sehingga Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah masih banyak yang harus dikerjakan, sebut saja jalan dari Rumbai – Tembilahan Barat, Tembilahan Barat – Tembilahan Hulu dan Sungai Beringin – Kuala Getek yang merupakan akses utama pintu masuk ke kota masih seperti kubangan babi.
HM Wardan bersama wakilnya mendapatkan kritikan tajam dan keras masa itu, sebagian masyarakat menilai ia tak mampu menyelesaikan permasalahan vital yang ada di Tembilahan yakni ruas jalan.
Pada waktu itu kritikan yang betul-betul tajam datang dari mantan Bupati Inhil yang menjabat dua periode sebelumnya, yakni almarhum Dr. H. Indra Muchlis Adnan, SH., MH., MM., M. Kn.
Indra sempat meminta ke pemerintah daerah Inhil agar mengajukan penurunan status jalan yang tercatat sebagai jalan nasional diturunkan menjadi jalan provinsi agar lebih mudah dalam melobi anggaran.
Indra Muchlis juga membeberkan di masa ia menjabat tidak berani untuk menaikkan status jalan karena menjolok anggaran pusat itu perlu waktu lama.
HM Wardan adalah karakter pemimpin yang cendrung banyak senyum sehingga kritikan seperti ini tidak terlalu Ia tanggapi secara berbalas pantun tapi Ia fokus terhadap pekerjaan yang akan dia capai.
Hingga akhirnya menjelang periode pertamanya habis, satu pekerjaan besar yakni jalan utama yang bernama Jl. Baharuddin Yusuf dari parit 6 kelurahan Tembilahan Barat sampai parit 11 Tembilahan Hulu bisa terbangun.
Setelah ini dikerjakan apakah kritikan sudah hilang ? Tentu tidak karena masih ada PR lain belum tuntas.
Jalan Rumbai ke Tembilahan juga merupakan jalan nasional yang terlihat hancur sehingga banyak dikeluhkan khususnya pengguna travel Pekanbaru – Tembilahan. Tidak butuh lama jalan ini juga ikut baik.
Selang beberapa tahun jalan Sungai Beringin – Kuala Getek kembali menjadi sorotan karena jalan yang ada di Tembilahan hanya ini tertinggal alias tidak ada perhatian. Tidak butuh waktu lama jalan yang biasanya sering kritik masyarakat karena membuat pengguna jalan termakan debu akhirnya kini mulus tanpa kendala saat dilalui.
Sebenarnya masih banyak pembangunan di era HM Wardan selama 2 periode bisa ditulis sebut saja pembangunan jalan Batang – Jl. H Sadri, Jl. Ipeda, Jl. Semampau, Jl. Ruas jalan di kecamatan Batang Tuaka ke Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS), jalan Simpang Granit ke Kilo Lima.
Ada juga terobosan lain yakni pembangunan Puskesmas setiap kecamatan yang sudah terlaksana semua, gunanya untuk memudahkan masyarakat untuk berobat, serta ada lagi satu warisan yang sangat berharga yakni pelayanan pengobatan bagi warga tak mampu cukup menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).
Pembangunan yang dilakukan di periode HM Wardan tidak terlalu nampak saat sekarang ini karena masyarakat lebih terfokus pada pembangunan yang baru dilaksanakan, namun jika berani untuk flashback semua jalan yang disebutkan tadi maka baru kembali sadar bahwa kota Tembilahan pernah menjadi kota yang tidak memiliki ruas jalan yang layak dilalui kendaraan. (*)